Sabtu, 07 Januari 2012

MORFOFONEMIK


Pada bagian ini, akan dipaparan tentang:
1) pengertian morfofonemik;
2) penghilangan bunyi:
3) penambahan bunyi;
4) perubahan bunyi;
5) perubahan dan penambahan bunyi:
6) perubahan dan penghilangan bunyi;
7) peloncatan bunyi; serta
8) asimilasi dan desimilasi.

A.        Apakah Morfofonemik Itu?
            Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
            Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.
            Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1) penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi.

B.        Penghilangan Bunyi
            Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
            1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
                 tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
                 nasal.
Misalnya:
meN- + ramu
meN- + lucu
meN- + yakini (?)
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti
 

peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti

meramu
melucu
meyakini
mewangi
menyanyi
meminyak
mengeong
menanti

perusak
pelacak
peyakin
pewajib
penyala
pemabuk
penanti

1)      Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
      berfonem awal  /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.
misalnya:
ber- + rambut
ber- + serta
ber- + kerja
 

ter- + rasa
ter- + pedaya
ter- + rayu
 

ter- + ramal
ter- + ramai
ter- + serta


berambut
beserta
bekerja

terasa
terpedaya
terayu

peramal
peramai
peserta
C.        Penambahan Bunyi
            Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
    fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
Misalnya:
-an + sapa
ke-an + sama
per-an + kata
sapaan
kesamaan
perkataan
Catatan
            Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi.
Contoh:
peN-an + tanda
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai
penandaan
pemaduan
pengajian
penyampaian

2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
Misalnya:
-an + hari
ke-an + serasi
per-an + api
harian
keserasian
perapian
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
Misalnya:
-an + jamu
ke-an + lucu
per-an + sekutu
 

-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko

jamuan
kelucuan
persekutuan

kiloan
keloyoan
pertokoan

D.        Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi akan terjadi pada:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai
    oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang
    berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang
meN- + survai
 

peN- + damar
peN- + supply

mendatang
mensurvei

pedamar
pensupply

2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal
    dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/
    menjadi /m/.
Misalnya:
meN- + buru
meN- + fitnah
 

peN- + buang
peN- + fitnah

memburu
memfitnah

pembuang
pemfitnah

3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
    dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/
Misalnya:
meN- + cakar
meN- + jajal
 

peN- + ceramah
peN- + jamu

mencakar
menjajal

penceramah
penjamu

4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
    awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
Misalnya:
meN- + garap
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
 

peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah

menggarap
menghasut
mengkhayal
mengambil
mengintip
mengukur
mengekor
mengorbit

penggaris
pengharum
pengkhianat
pengangkat
pengisap
pengumpat
pengolah


5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar
    mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini
    sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk
    dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
Perhatikanlah:
ber- + ajar
per- + ajar
belajar
pelajar

6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
 menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
Misalnya:
duduk /dudu?/ + ke-an
bedak /beda?/ + -i
kedudukan
bedaki
                                                               
E.        Perubahan dan Penambahan Bunyi
            Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas
    satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
    penambahan bunyi /∂/.
Misalnya:
meN- + bel
meN- + cat
meN- + tik
mengebel
mengecat
mengetik

2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan bertambahnya /?, y, w/.
Contonnya:
peN-an + data
peN-an + dahulu
peN-an + cahaya
peN-an + cari
peN-an + calo
peN-an + jaga
peN-an + juri
pendataan
pendahuluan
pencahayaan
pencarian
pencaloan
penjagaan
penjurian

3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + buka
peN-an + beri
peN-an + buku
peN-an + blangko
peN-an + fakta
peN-an + foto
pembukaan
pemberian
pembukuan
pemblangkoan
fakta
foto

4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.
Contohnya:
peN-an + guna
peN-an + gali
peN-an + gadai
peN-an + ganggu
peN-an + harga
peN-an + hijau
penggunaan
penggalian
penggadaian
penggangguan
penghargaan
penghijauan

5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.

Contohnya:
peN-an + ada
peN-an + adu
peN-an + andai
peN-an + utama
peN-an + urai
peN-an + intai
peN-an + operasi
pengadaan
pengaduan
pengandaian
pengutamaan
penguraian
pengintaian
pengoprasian


F.         Perubahan dan Penghilangan Bunyi
            Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai:
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras
meN- + paksa
pemeras
memaksa

2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari
meN- + tendang
penari
menendang

3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang
meN- + kurung
pengarang
mengurung

4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang
meN- + saring
penyayang
menyaring

G.        Peloncatan Bunyi
            Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.

H.        Mengapa Asimilasi dan Disimilasi?
            Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
            1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
            Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.


            a. Asimilasi progresif
            Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        colnis (latin kuno) → collis (latin)
                           peN- + sabar          → penyabar
                           meN- + pugar        → memugar
b. Asimilasi regresif
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya:        in- + possible       → impossible
                           en- + power         → empower
                           peN- + bela          → pembela
                           meN- + dengar    → mendengar
            2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
            Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.
            a. Asimilasi Total
            Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.
Contohnya:
Proses Asimilasi
Hasil Asimilasi
Dalam Bahasa Indonesia
ad + salam (Arab)
in + moral (Ingg.)
ad + similatino (Lat)
meN- + periksa (Ind)
assalam
immoral
assimilasi
memeriksa
asalam
imoral
asimilasi
memeriksa

            b. Asimilasi Parsial
            Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya:                 in- + possible               → impossible
                                    meN- + bawa              → membawa
                                    en + bitter                    → embitter
                                    peN- + dengar             → pendengar
            Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan menjadi tidak sama.
Contohnya:
                                    in + noble                    →  ignoble
                                    saj + jana (skt)             →  sarjana
                                    sayur + sayur               → sayur mayor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar