Pada bagian ini, akan dipaparan tentang:
1) pengertian morfofonemik;
2) penghilangan bunyi:
3) penambahan bunyi;
4) perubahan bunyi;
5) perubahan dan penambahan bunyi:
6) perubahan dan penghilangan bunyi;
7) peloncatan bunyi; serta
8) asimilasi dan desimilasi.
A. Apakah Morfofonemik Itu?
Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.
Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1) penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi.
B. Penghilangan Bunyi
Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
nasal.
Misalnya:
meN- + ramu meN- + lucu meN- + yakini (?) meN- + wangi meN- + nyanyi meN- + minyak meN- + ngeong meN- + nanti peN- + rusak peN- + lacak peN- + yakin peN- + wajib peN- + nyala peN- + mabuk peN- + nanti | → → → → → → → → → → → → → → → | meramu melucu meyakini mewangi menyanyi meminyak mengeong menanti perusak pelacak peyakin pewajib penyala pemabuk penanti |
1) Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
berfonem awal /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.
misalnya:
ber- + rambut ber- + serta ber- + kerja ter- + rasa ter- + pedaya ter- + rayu ter- + ramal ter- + ramai ter- + serta | → → → → → → → → → | berambut beserta bekerja terasa terpedaya terayu peramal peramai peserta |
C. Penambahan Bunyi
Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
Misalnya:
-an + sapa ke-an + sama per-an + kata | → → → | sapaan kesamaan perkataan |
Catatan
Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi.
Contoh:
peN-an + tanda peN-an + padu peN-an + kaji peN-an + sampai | → → → → | penandaan pemaduan pengajian penyampaian |
2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
Misalnya:
-an + hari ke-an + serasi per-an + api | → → → | harian keserasian perapian |
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
Misalnya:
-an + jamu ke-an + lucu per-an + sekutu -an + kilo ke-an + loyo per-an + toko | → → → → → → | jamuan kelucuan persekutuan kiloan keloyoan pertokoan |
D. Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi akan terjadi pada:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai
oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang
berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang meN- + survai peN- + damar peN- + supply | → → → → | mendatang mensurvei pedamar pensupply |
2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal
dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/
menjadi /m/.
Misalnya:
meN- + buru meN- + fitnah peN- + buang peN- + fitnah | → → → → | memburu memfitnah pembuang pemfitnah |
3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/
Misalnya:
meN- + cakar meN- + jajal peN- + ceramah peN- + jamu | → → → → | mencakar menjajal penceramah penjamu |
4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
Misalnya:
meN- + garap meN- + hasut meN- + khayal meN- + ambil meN- + intip meN- + ukur meN- + ekor meN- + orbit peN- + garis peN- + harum peN- + khianat peN- + angkat peN- + isap peN- + umpat peN- + olah | → → → → → → → → → → → → → → → | menggarap menghasut mengkhayal mengambil mengintip mengukur mengekor mengorbit penggaris pengharum pengkhianat pengangkat pengisap pengumpat pengolah |
5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar
mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini
sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk
dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
Perhatikanlah:
ber- + ajar per- + ajar | → → | belajar pelajar |
6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
Misalnya:
duduk /dudu?/ + ke-an bedak /beda?/ + -i | → → | kedudukan bedaki |
E. Perubahan dan Penambahan Bunyi
Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas
satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
penambahan bunyi /∂/.
Misalnya:
meN- + bel meN- + cat meN- + tik | → → → | mengebel mengecat mengetik |
2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan bertambahnya /?, y, w/.
Contonnya:
peN-an + data peN-an + dahulu peN-an + cahaya peN-an + cari peN-an + calo peN-an + jaga peN-an + juri | → → → → → → → | pendataan pendahuluan pencahayaan pencarian pencaloan penjagaan penjurian |
3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + buka peN-an + beri peN-an + buku peN-an + blangko peN-an + fakta peN-an + foto | → → → → → → | pembukaan pemberian pembukuan pemblangkoan fakta foto |
4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.
Contohnya:
peN-an + guna peN-an + gali peN-an + gadai peN-an + ganggu peN-an + harga peN-an + hijau | → → → → → → | penggunaan penggalian penggadaian penggangguan penghargaan penghijauan |
5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + ada peN-an + adu peN-an + andai peN-an + utama peN-an + urai peN-an + intai peN-an + operasi | → → → → → → → | pengadaan pengaduan pengandaian pengutamaan penguraian pengintaian pengoprasian |
F. Perubahan dan Penghilangan Bunyi
Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai:
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras meN- + paksa | → → | pemeras memaksa |
2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + tari meN- + tendang | → → | penari menendang |
3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang meN- + kurung | → → | pengarang mengurung |
4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang meN- + saring | → → | penyayang menyaring |
G. Peloncatan Bunyi
Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.
H. Mengapa Asimilasi dan Disimilasi?
Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.
a. Asimilasi progresif
Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: colnis (latin kuno) → collis (latin)
peN- + sabar → penyabar
meN- + pugar → memugar
b. Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: in- + possible → impossible
en- + power → empower
peN- + bela → pembela
meN- + dengar → mendengar
2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.
a. Asimilasi Total
Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.
Contohnya:
Proses Asimilasi | Hasil Asimilasi | Dalam Bahasa Indonesia |
ad + salam (Arab) in + moral (Ingg.) ad + similatino (Lat) meN- + periksa (Ind) | assalam immoral assimilasi memeriksa | asalam imoral asimilasi memeriksa |
b. Asimilasi Parsial
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya: in- + possible → impossible
meN- + bawa → membawa
en + bitter → embitter
peN- + dengar → pendengar
Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan menjadi tidak sama.
Contohnya:
in + noble → ignoble
saj + jana (skt) → sarjana
sayur + sayur → sayur mayor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar